Jumat, 21 November 2008

Soto Sawah - Yogyakarta

Ada begitu banyak jenis soto di Indonesia. Masing-masing daerah punya kekhasannya sendiri dalam bersoto ria. Demikian pula halnya dengan Yogyakarta. Di kota ini dikenal banyak soto yang sudah memiliki nama melegenda. Ambil contoh misalnya, Soto Kadipiro, Soto Tamansari, Soto Mlati, Soto Alun-alun Kidul, Soto Sulung Stasiun Tugu, dan lain-lain. Tidak ketinggalan pula Soto Sawah.

Soto Sawah terletak di Jalan Soragan atau tepatnya di Dusun Soragan, Kelurahan Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau melalui perempatan Tugu Yogyakarta ke arah barat (Jl. Godean). Setelah sampai di Mirota Godean (utara jalan) ambil arah jalan ke kiri (selatan). Kemudian setelah melewati perlintasan jalan kereta api dalam jarak kurang lebih 100-an meter, tepatnya di kiri jalan, maka sampailah di lokasi Soto Sawah. Pada pinggir jalan depan warung soto tersebut terpampang baliho lumayan besar dengan tulisan Soto Sawah Bu Hj. Hadi S.

Soto Sawah memulai usaha kulinernya sejak tahun 1970-an. Waktu itu harga seporsi soto sekitar Rp 25,- (dua puluh lima rupiah). Kini (Oktober 2008) harga seporsi soto adalah Rp 6.000,- (enam ribu rupiah). Jika ditambah sepotong paha ayam maka harus ditambahi ongkos Rp 7.500,-. Jika ditambah sepotong tahu baru tambah lagi Rp 1.000,-. Untuk tempe dan perkedel cukup RP 500,-. Harga segelas minuman antara Rp 2.000,--Rp 3.000,-.

Soto yang dikelola oleh Bu Hj. Hadi Sudarmo ini semula memang menempati sebuah lahan yang di kanan kirinya masih merupakan areal persawahan. Akan tetapi pada saat ini sawah-sawah tersebut telah disulap menjadi areal pemukiman. Bahkan tiap tahun kian menjadi padat. Alhasil Soto Sawah di kala itu kini tidak lagi berdiri di tengah sawah, namun berdiri di tengah areal pemukiman.

Di Jogja dan di lain-lain dikenal begitu banyak jenis soto dengan cita rasa khasnya masing-masing. Nah, Soto Sawah juga memiliki cita rasa khasnya tersendiri pula. Soto Sawah memiliki rasa yang agak-agak manis di dalam kuahnya. Bagi lidah pesisiran mungkin hal ini agak terasa aneh. Akan tetapi bagi lidah pedalaman semacam Yogyakarta dan Solo sedikit rasa manis di dalam soto model Soto Sawah ini sudah demikian familiar. Bahkan mungkin terlanjur ngangeni.

Rasa yang agak manis berpadu dengan rasa gurih kaldu ayam kampung demikian nikmat di lidah. Kenikmatan ini makin lengkap karena ditambah berbagai paduan bahan seperti suwiran daging ayam kampung, kecambah, dan seiris tomat merah. Taburan bawang goreng di atas soto seperti menghentakkan aroma harum soto yang panas dan nyamleng. Nah, kenyamlengan ini akan semakin komplit lagi jika dalam menyantap soto, kita ditemani lauk tahu goreng, tempe goreng, perkedel, atau daging ayam goreng (paha, kepala, sayap, hati-ampela).

Kini dalam kesehariannya warung soto ini mampu menghabiskan 10 ekor ayam (itu kalau hari biasa). Jika hari libur 20 ekor ayam kampung bisa habis dalam sehari. Warung Soto Sawah bisa menjual rata-rata 300 porsi soto dalam seharinya. Jika hal itu dikalikan Rp 6.000,-, maka hasil kotornya sudah Rp 1. 800.000,-. Itu baru dari sisi sotonya saja. Belum dari sisi lauk dan minumannya.

Untuk menangani perjalanan usahanya, Bu Hj. Hadi Sudarmo selalu dibantu oleh karyawannya yang berjumlah 12 orang. Dari sekian karyawan itu ada di antaranya yang berdiri sebagai komandan lapangan seperti Ibu Mantoro (48) yang terhitung masih keponakan Ibu Hj. Hadi Sudarmo. Kecuali itu putri dari Ibu Hj. Hadi Sudarmo yang bernama Ibu Rita pun sering mengepalai penjualan soto dalam kesehariannya, bergantian dengan Ibu Mantoro.


Menurut Ibu Mantoro, tidak ada kendala yang berarti dalam pengelolaan warung soto ini. Hanya memang kalau pembeli sedang banyak, pembeli yang mengantre sering tidak sabar.

Soto Sawah adalah pilihan lain cita rasa soto khas Yogyakarta. Jika Anda sedang berada di Yogyakarta boleh juga mencoba Soto Sawah ini.